Jumat, 08 Desember 2017

Hantu Kepala

Karena saya setiap hendak menulis untuk media cetak/online selalu tak jadi-jadi karena tergoda oleh medsos Fb, kepalang belang ya menulis cerpen di fb saja dengan hastag #cerpen_fb_okb .  Ya, daripada tak melatih diri menulis  sama sekali. Uniknya yang dirasakan saya, menulis di fb jauh lebih teranngsang ketimbang menulis di MO Word. Mungkin menulis di fb terangsang seakan ada yang menunggu hendak membaca tulisan yang tengah diketik itu. Jadi timbulah semangat, sementara di Office Word kesannya sepi kendati jauh lebih teliti karena jangkauannya bak sebuah kompetisi. Oke, kendati tak hebat, jika berkenan inilah cerpen versi fb saya yang berjudul "Hantu Kepala" itu.


.
Cerpen Fb Otang K Baddy
====================
Malam gemerlap seketika berubah kelam di Saliwong. Tak cuma macam gadget yang telah menjadi tuhan mereka, televisi, lampu-lampu hingga ke puntung rokok pun ketika itu dipadamkan. Begitupun mengenai pandangan. baik mata maupun pemikiran, sementara hilang fungsi. Mata-mata mereka hanya bisa melotot dan berkedip dalam gelap.


Yang membuat heran tak ada sedikit pun rasa kantuk menyerang mereka. Karena itu gulita yang meraja di malam itu tak ubahnya suatu siksa yang tiada banding tiada tanding.


     "Allohu akbar...!" teriak seseorang seraya memandang ke luar pintu rumahnya. Semua dalam pandangannya terasa gelap, bahkan setelah ia memandang langit yang biasanya ada kedip bintang saat itu tampak gelap. Lantas ia teringat seseorang yang berkata jika dalam hidup tak bisa melihat matahari atau tak merasakan adanya langit itu pertanda kematian. .
      Sementara dari pintu rumah lain seorang lelaki melangkah keluar seraya mencabut goloknya dengan penuh kepastian. Betapa tidak, gulita yang meraja itu adalah merupakan puncak harapan sejak ia mengenal kisah awul. Dalam keyakinannya yang tertanam dan terlatih ia kemudian memenggal lehernya hingga kepala yang rambutnya dijambak tangan kiri itu terputus. Bersamaan dengan darah yang muncrat dari ujung leher kepala itu ia terbangkan untuk menggerayang di kegelapan malam..
      Demikianlah petikan cerpen yang didapat dari status bakal cerpenis yang gagal sejak awal. Gila, demikian aku katakan untuk seorang ini. Betapa tidak, apa yang ia tulis begitu ngelantur tanpa bukur.
Fiktif ya fiktif tapi kan tetap harus efektif dan masuk akal. Moso ada kepala dipenggal sendiri dan diterbangkan di kegelapan. Mungkin semua ide itu terbentuk atas segala kekecewaan dirinya selama ini yang selalu tergoda oleh hikayat fb.
     "Tapi cerita itu akan terus dikembangkan," katanya ketika malam itu ia ngopi di sebuah warung bersama saya.
      "Ya, itu terserah sampeyan yang punya cerita. Mau dihitam-putihkan atau apalah aku hanyalah sekadar pembaca," demikian saya tanggapi namun tak tega untuk membatasi imanjinasinya yang terkesan liar dan sadis.
      Usai ngopi bareng kami pun pulang dan ia berjanji akan kembali mengerjakan cerpennya yang telah tertunda. Kami pulang berlainan arah, saya pulang ke arah barat sementara ia ke arah utara di mana sebelum rumahnya bakal ditemui kuburan orang gila. Saya pikir pasti ia sangatlah ketakutan saat melewati kuburan wanita berambut gimbal itu.
**
      Seraya memikirkan kecemasannya saya terus melangkah di gang tak berlampu itu.
      Dalam suasana langkah itu tak urung bikin kecewa juga saat kaki saya kesandung benda yang entah apa.
       Karena penasaran dalam gelap saya berusaha meraba hendak memunguti benda itu.
Tapi jiwaku mendadak tangguh dan tak putus asa walau yang dipungut itu merupakan sosok kepala berambut gimbal yang mungkin sering dicemaskan teman saya sebelumnya.
       Kepalang khayalan, kepala bergigi nyengir dan bermata melotot itu saya bawa ke rumah. Siapa tahu nanti ia kembali bernyawa dan kemudian bisa terbang dan saya hendak mengikutinya menggentayang malam-malam(*)

Tidak ada komentar:

Popular Posts

Blogroll