Senin, 28 November 2016

Kematian Wa Haji Edi

 
                                                   foto/illustrasi dari internet    
      Entah kenapa kematian Wak Edi tiba-tiba jadi buah bibir. Di warung-warung , di setiap depan rumah, di persimpangan jalan, di perempatan atau pun pertigaan, di sembarang tempat, siang maupun malam seolah tak henti-hetinya dan tak bosan membicarakannya.

Basa nyaba ka Rajadesa tumpak kareta

Eta lalaki duaan teh tukang jengkol. Datang ka lembur kuring (Cijulang) seja ngaborongan jengkol. Harita maranehna memeh magrib anteng mesekan jengkol wetaneun imah kuring, pas di bubulak sisi jalan satapak nu brasna ka pajaratan.

Minggu, 20 November 2016

Terjebak di Jalan Berlumpur

Cerpen Otang K.Baddy (Lampung Post 27 Oktober 2013)

       Sejak sebelum tiga dekade ini tak sedikitpun terbersit jika kehidupan kami semua bisa terperangkap di jalanan berlumpur. Yang tak cuma sekedar kotor, basah dan lembab,tapi kadang gelap dan dingin. Menggigil dan bulu-bulu pun merinding.
       Mungkin sebelum tiga dasawarsa itu kami belum dewasa, sehingga segala langkah perjalanan hidup senantiasa diasuh oleh ibu. Tidur dan bangun selalu dikawal ibu. Tidur ditidurkan, bangun dibangunkan. Mandi dimandikan, makan disuapkan. Bermain dan bepergian senantiasa dikawal. Jadi segalanya terjamin selamat.

Pertama Belajar Nulis Bersama Eyang Kongkolak



                     Eyang Cijulang, atau  Eyang Kongkolak  saat difoto di jarian belakang rumah

Sejujurnya akan saya ceritakan padamu, sobat. bahwa sampai saat ini saya belum profesional dalam membuat karya tulis. Persoalannya selain kerap malas berlatih, ya ..semangatnya termasuk kambuhan. Tak heran dulu-dulu dalam suatu identitas pelengkap naskah cerpen atau puisi yang dikirim ke media di bawahnya sering ditulis,  'Otang K.Baddy, seorang penulis kambuhan yang cengeng' begitu kira-kira yang

Minggu, 24 Juli 2016

Sebuah Nama


Cerpen Otang K.Baddy (Tribun Jabar 24 Juli 2016)

     
       Lelaki itu seperti kerja berat, semisal tengah memecah batu kali. Keringatnya bercucuran. Padahal apa yang tengah dilakukanya itu disebut pekerjaan biasa pun kurang pas. Apalagi jika harus memerlukan tenaga ekstra kuat.Tak perlu sampai harus bercucur keringat. Secara umum kesannya santai, cuma nulis nama. Nama sendiri. Tapi setelah lebih dua jam ia tak juga mampu menuliskan namanya itu. "Aneh," desisnya.

Sabtu, 11 Juni 2016

Santet



      Cerpen Otang K.Baddy (Majalah Kandaga - Kantor Bahasa Provisni Banten 1 Mei 2016)


      Tiba-tiba di  rumah korban itu banyak darah, tapi di tubuh korban tak ada bekas luka, baik luka bekas senjata tajam atau gigitan taring macan. Sama sekali tak ada, sekalipun bekas tusukan jarum, Dan memang korban meninggal yang ini bukan karena dibunuh senjata tajam atau digigit taring macan, melainkan kehabisan darah setelah sebelumnya muntah-muntah. Muntah darah.

Saung Lapang



      Cerpen: Otang K.Baddy (Banjarmasin Post 5 Juni 2016)

      Areal sawah tadah hujan tepi jalan desa itu kini tampak terbengkalai. Pematang-pematang yang kokoh sebelumnya kerap dihiasi jenis kacang, timun dan tanamanya lainnya termasuk umbi kini tampak lenyap tergerus waktu. Warga tani, termasuk saya, sudah lama meninggalkan tanah garapan itu dan berpindah mengolah tanah lain di seputar Markutang, desa tercinta kami. Lahan yang sempat

Selasa, 22 Maret 2016

Suara Burung Berkoak

Cerpen Otang K.Baddy (Harian Rakyat Sultra 5 Maret 2016)




Keadaan bisa jadi berubah tanpa kita duga sebelumnya. Tak terkecuali soal Kang Marna, kakakku satu-satunya. Banyak yang menyayangkan atas sikapnya yang melenceng dari harapan ayah dan juga masyarakat dusun Barkah sebelumnya.
       “Dengan ketekunan Sumarna nimba ilmu di pesantren, diharap kelak dapat mewariskan ilmunya pada anak-anak kita,” begitu diantaranya harapan

Senin, 07 Maret 2016

Tikus Margarong

Cerpen Otang K.Baddy (Pikiran Rakyat, 14 Februari 2016)

       Semua indera mereka tiba-tiba terasah tajam. Mencium, mengendap, sebelum kemudian serentak berlari menyerbu sasaran.
       "Tangkaaap....Gebuuuk...!"
       "Bunuh........Bakaaar..!"

Minggu, 21 Februari 2016

Pencari Lidi

Cerpen: Otang K.Baddy (Suara Karya 20 Februari 2016)


        Perempuan itu kini sudah tak melihat lagi tupai berloncatan di kebun kelapa miliknya. Semua itu bukan karena rabun di matanya, melainkan hewan serupa tikus yang kerap bersuara 'cidotdot. cisotdot' di pelapah kelapa itu memang kini telah musnah. Habis kikis diburu orang bak serangan perang. Sebab di jaman serba rakus ini sudah tak lagi hewan ditabukan, semua bak santapan gurih yang bikin ketagihan. Ya, ya, persoalannya bukan itu.. Sebenarnya kebun kelapa yang kerap

Rabu, 10 Februari 2016

Update Email Media Untuk Pengiriman Cerpen, Puisi dan Opini Terbaru

Email media untuk pengiriman Cerpen, Puisi dan Opini Tahun 2017

KOMPAS ( Puisi-Cerpen-Esai): opini@kompas.co.id
Pikiran Rakyat:(Cerpen-Puisi): khazanah@pikiran-rakyat.com 
                                        (Opini): opini@pikiran-rakyat.com
BASABASI.CO (Cerpen-Puisi-Esai)gerobaknaskah@basabasi.co 

Parebut Beuleum Jagong

Mangsa Lawas, ku Otang K.Baddy

Lin parebut kueh atawa congcot, komo parebut duit mah jajauheun. Ieu mah teu pira ukur beuleum jagong. Teu aneh teu sing. Tapi da harita mah matak ear, tur matak guyur salelembur. Rek teu kitu kumaha tuda, harita mah can aya kueh atawa sukro, paling mun aya ge kacang jimluk. Kitu deui mun dipakaitkuen jeung congcot --sangu di bucu aseupan-- harita mah aya ge kurang normal, sabab nu sakuduna congcot teh beas marus harita mah nu aya teh paling congcot tina pare gaga. Leuheung mun

Rabu, 03 Februari 2016

Kesetiaan Menggila

Cerpen Otang K Baddy  Sumatera Ekspres, 3 Juni 2012 

SEORANG temanku -- yang mungkin telah lama menggila, menyebutku seorang bangkai manusia yang bergentayangan. Tiada jalan lain, untuk mengembalikan sejatinya hidup agar aku menjadi gila atau paling tidak sesekali menjadi orang gila. Harus berani jalan-jalan di sembarang tempat, misalnya di pasar-pasar, tempat perbelanjaan, kantor-kantor intansi pemerintahan, dll, termasuk kalau memungkinkan di tempat peribadatan.

Minggu, 31 Januari 2016

Beurit

     Cerpen Bahasa Sunda/Carpon: Otang K.Baddy (Tribun Jabar 12 Januari 2016)    

     “Gebuug..! Podaran….! Duruuuk…!” tinggorowok. Ampir unggal poe. Pikeun nu teu apal mah matak ketir ngadengena, sok komo pikeun nu boga dosa, sabab aya kecap podaran jeung duruk. Nya teu aneh, sihoreng keur maloro beurit. Salaku nu kapeto jadi pupuhu di desa Cangkewok, nya kuring tangtu ngadukung.

Tongkat Lelaki Pemimpi


Cerpen: Otang K.Baddy (Minggu Pagi 24 Januari 2016)
========================================
       Dalam mimpinya semula ia menjadi perempuan. Tapi bukan seorang ibu atas anaknya. Bukan seorang istri atas suaminya. Melainkan ia seorang pelacur. Hampir setiap lelaki yang dijumpainya ia ajak ke kamarnya untuk tidur. Tidur dan tidur. Baginya tidur itu bak suatu candu yang kronis, hingga ia buta terhadap sekelilingnya, termasuk debu yang terus menaburinya hingga membentuk selimut. Karenanya tak ada bedanya malam atau pun siang. Sebab ia tak melihat matahari atau pun bulan.

Jumat, 22 Januari 2016

DOA LILIN TERBAKAR

Puisi; Otang K Baddy (Kedaulatan Rakyat 17 Januari 2016)
.
DOA LILIN TERBAKAR
rapuh-rapuh, putuslah benang kusut
agar batok kepala tak berkabut
pergi dan bunuhlah para lansia itu
perkasa hadirlah segera. Wahai raksasa jiwa
santaplah aku yang berapi membara
demi kalori yang membaja
di balik dada
.

Selasa, 12 Januari 2016

Trilower, Bahong dan Aku

Karya; Otang K.Baddy 

       Sungguh!
      Saya kira ia bohong. Tapi nyatanya nekat juga. Tentu saja ini sangat mengancamku sebagai penulis cerita. Ya. Seperti pada umumnya pertemanan di medsos ala Fb. Biasa setelah saling naruh jempol,dan komen lantas curhat via inbox. "Tak perlu nunggu seminggu, pasti aku akan sampai di tempatmu," katanya. Aku jawab boleh-boleh saja asal mau diajak ke dalam lubang. Ia malah tertawa atas sambutanku yang mungkin dianggapnya sekedar kelakar. Tapi wanita yang berasal dari

Popular Posts

Blogroll