Ketika pertamakali ingin memiliki mesin tik, di kampung sempat geger. Mesin tik buat apa, memangnya orang kantor pake mau mesin tik segala. Mau ngetik apa, demikianlah orang-orang. Dan itu wajar, mereka tak salah. Betapa tidak, saya yang bukan orang sekolahan, bukan jebolan akademisi tertentu yang terkait dengan aktifitas mengetik , bukan orang kuliahan, bukan mahasiswa --SD pun nyaris tak tamat. Wajar orang-orang menyepelakannya atau setidaknya bertanya-tanya dan itu manusiawi.
Kamis, 19 November 2015
Ketika Pertama Ingin Punya Mesin Tik
Ketika pertamakali ingin memiliki mesin tik, di kampung sempat geger. Mesin tik buat apa, memangnya orang kantor pake mau mesin tik segala. Mau ngetik apa, demikianlah orang-orang. Dan itu wajar, mereka tak salah. Betapa tidak, saya yang bukan orang sekolahan, bukan jebolan akademisi tertentu yang terkait dengan aktifitas mengetik , bukan orang kuliahan, bukan mahasiswa --SD pun nyaris tak tamat. Wajar orang-orang menyepelakannya atau setidaknya bertanya-tanya dan itu manusiawi.
Minggu, 08 November 2015
Ayahku Terjatuh
Sedih jika teringat nasib ayah, yang tersiksa akibat
terjatuh.
Ayah terjatuh
dari pohon, kepalanya membentur batu. Ayah terjatuh dari pohon waru setinggi hampir
6 meter. Ia menaiki pohon itu karena memerlukan kulit dahan muda sebagai tali
pengikat batangan padi jika panen di ladang tiba. Petaka terjadi sore hari
ketika ayah kala itu tengah menuju pulang dari ladang bersama ibu. Di Ciwaru,
nama blok dari tempat itu yang memang banyak pohon warunya, di tepi jalan
setapak itulah
ayah bersusah-payah menahan sesak dada, sakit di kepala serta
tubuh bermandikan darah. Demikianlah kronologi singkatnya sebelum kemudian
mengurainya dalam kisah.Rabu, 04 November 2015
Menulis di Zaman Mesin Tik
Masih seputar kebodohan dan pengalaman saya dalam dunia tulis-menulis, Kendati tak ada bedanya dulu kini, yang tetap saja bodoh, saya akan cerita masa lalu. Mungkin karena kebodohan saya atau apalah, saya ingin menulis bebas dan dapat ide yang bebas pula, saat itu saya sering bawa-bawa mesin tik di karung plastik wadah rumput. Biasanya pergi ke hutan, atau mencari saung-saung huma milik orang. Lagi pula kan saya sambil pulangnya harus membawa pakan kambing kala itu. Mesin tik beserta beberapa lembar kertas HVS + tip eks dalam karung plastik (pusri) kerap menyatu dengan dedaduan/rumput pakan kambing.
Senin, 02 November 2015
Menyaksikan Jejak Kematian
Tubuh tak berdaya, di bawah rumput rebah pun tak mampu
bergoyah
Lekat menyerupai asal mulamu, tanah. Hanya angin berdesir
yang setia
Menjenguk ruang pertapa di sekitar pemakaman yang lembab
Dan terus meruyak bersama ruang dan waktu, sementara setiap
malam tetap di sini
Sebagai burung hantu. Menyaksikan lukisan tanah yang semakin
buram dipermainkan musim. Hujan dan kemarau tak mampu mengusikmu untuk berkaca
Kaca Rumahku Bolong
Aku yakin, kaca rumah bagian depan, samping kiri itu bolongnya bukan ditabrak burung hantu atau kuntilanak yang nyasar. Namun aku tak habis pikir kenapa satu dari bangsamu dari balik kaca bolong itu seakan mengintai aku?
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Carpon Otang K.Baddy (SKM Galura, Minggu III Desember 2016) Najan rumasa boloho, Kasji teu sieun mun saupama hirup k...
-
Carpon Otang K.Baddy ( Majalah Mangle No. 2615/ 9-15 Februari 2017) Isuk-isuk guyur, nyi Yuyun jadi korban rajapati. Getih busrat-b...
-
Carpon Otang K.Baddy (Majalah Mangle No. 2611 Januari 2017) Sagelas cikopi panas mayambah di jero dada, panasna karasa awet . Cihera...