Sepertinya hari ini aku ini benar-benar sakit. Sakit yang boleh dikata luar biasa. Tiada tanding tiada banding untuk mengumpamakan sakitku saat ini. Saking sakitnya tak ketulungan dan luar biasa itulah hingga aku tak sanggup mengimbanginya. Sakitku teramat parah dan keras.
Karena sakitku teramat parah dunia pun terasa gelap. Bukan saja buta dalam melihat telunjuk sendiri, namun kegelapan telah melupakan segalanya. Bahkan saking parahnya sakit yang telah mengakibatkan gelap gulita saat ini pun aku tak tahu pasti; apakah ketika mengutarakan ini aku berada di rumah atau di rumahsakit atau di tempat lain. Aku tak tahu pasti.
Aku tak tahu. Bahkan untuk mengenal siapakah sebenarnya diriku saat ini. Dimana aku berada, dari mana asalnya dan hendak pergi kemana nantinya. Aku tak tahu pasti saat ini. Apakah aku masih bisa disebut manusia atau hewan, ini pun aku tak tahu sama sekali. Betapa kegelapan telah menyergapku hingga aku menyatu dan bagian kegelapan itu.
Memang hal tak terduga kerap saja terjadi dan bisa menimpa siapa pun. Bahkan tak terkecuali para cerdik cendekiawan. Mereka pun mustahil lolos dari peristiwa yang tak terduga. Mungkin bedanya hanya soal selera semata. Mungkin tergantung dari biji apa yang telah tertanam sebelumnya. Selain itu, kadang dalam tubuh ini terdapat ragam aplikasi. Jadi eksistensi seseorang yang terus berkembang maupun tenggelam tergantung dari cara kecerdasan mengolah aplikasi yang ia instal sebelumnya.
Maka tak heran jika si anu atau kubu anu memperthankan kedudukan atau seleranya, semua tak lepas dari aplikasi yang terinstal dan berkembang dalam hidupnya. Tak perlu repot dan ngotot untuk menyalahkan, apalagi hingga terjadi saling serang, saling hujat, saling goreng, saling menjatuhkan. Mungkin yang perlu dibangun dan dikembangkan dengan kokoh ya aplikasi yang kita cintai dan telah terbangun sebelumnya.
Duh aku jadi bingung, kenapa sakit itu tiba-tiba datang menyerang? Jawabnya mungkin karenanya segala cintaku mendadak hilang, terbang!
Karena sakitku teramat parah dunia pun terasa gelap. Bukan saja buta dalam melihat telunjuk sendiri, namun kegelapan telah melupakan segalanya. Bahkan saking parahnya sakit yang telah mengakibatkan gelap gulita saat ini pun aku tak tahu pasti; apakah ketika mengutarakan ini aku berada di rumah atau di rumahsakit atau di tempat lain. Aku tak tahu pasti.
Aku tak tahu. Bahkan untuk mengenal siapakah sebenarnya diriku saat ini. Dimana aku berada, dari mana asalnya dan hendak pergi kemana nantinya. Aku tak tahu pasti saat ini. Apakah aku masih bisa disebut manusia atau hewan, ini pun aku tak tahu sama sekali. Betapa kegelapan telah menyergapku hingga aku menyatu dan bagian kegelapan itu.
Memang hal tak terduga kerap saja terjadi dan bisa menimpa siapa pun. Bahkan tak terkecuali para cerdik cendekiawan. Mereka pun mustahil lolos dari peristiwa yang tak terduga. Mungkin bedanya hanya soal selera semata. Mungkin tergantung dari biji apa yang telah tertanam sebelumnya. Selain itu, kadang dalam tubuh ini terdapat ragam aplikasi. Jadi eksistensi seseorang yang terus berkembang maupun tenggelam tergantung dari cara kecerdasan mengolah aplikasi yang ia instal sebelumnya.
Maka tak heran jika si anu atau kubu anu memperthankan kedudukan atau seleranya, semua tak lepas dari aplikasi yang terinstal dan berkembang dalam hidupnya. Tak perlu repot dan ngotot untuk menyalahkan, apalagi hingga terjadi saling serang, saling hujat, saling goreng, saling menjatuhkan. Mungkin yang perlu dibangun dan dikembangkan dengan kokoh ya aplikasi yang kita cintai dan telah terbangun sebelumnya.
Duh aku jadi bingung, kenapa sakit itu tiba-tiba datang menyerang? Jawabnya mungkin karenanya segala cintaku mendadak hilang, terbang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar