Tubuh tak berdaya, di bawah rumput rebah pun tak mampu
bergoyah
Lekat menyerupai asal mulamu, tanah. Hanya angin berdesir
yang setia
Menjenguk ruang pertapa di sekitar pemakaman yang lembab
Dan terus meruyak bersama ruang dan waktu, sementara setiap
malam tetap di sini
Sebagai burung hantu. Menyaksikan lukisan tanah yang semakin
buram dipermainkan musim. Hujan dan kemarau tak mampu mengusikmu untuk berkaca
Gerak-gerik dari empat arah mata angin saat aku kau
tiadakan, membuatmu seperti binatang.Yang lapar dan haus, memangsa dan meminum
apa saja di depanmu. Bahkan senangnya kamu mengejar berhala, mengoleksi patung-patung dan
batu-batu
Hingga bebanmu membawa pada kematian
Tanah tak berdaya pun kadang menggeliat
saat terjadi gempa. Sia-sia, gumammu tersekat
Ketika angin mengabarkan duka, keguguran daun kamboja
Batu-batu cadas bergulingan, debu-debu berhamburan
Bersama kemarau, dirimu lenyap ditelan bumi
AKU TETAP DI SINI
Seketika aku mendengar lolonganmu
Malam-malam yang panjang telah mencekam
Mencekik lehermu tanpa pengampunan
Menanyakan tongkat yang hilang saat tidur panjang
Ketika memulangkanku pada masa silam
Kau diminta pertanggung jawaban
Tapi tetap saja bergeming, terlena dengan wujud-wujud
kasmaran
Yang selalu memabukan
dalam petualanganmu
Hingga tersungkur ke titik darah penghabisan
Namun aku masih tetap di sini
Menunggu, mengharap kau panggil
Untuk membangun kembali dunia yang porak-poranda
Oleh gempa peradaban
BINTANG DAN KUNANG-KUNANG
Siumanmu mencoba kedipkan mata, memulihkan
Kondisi yang semerawut, rambutmu yang kusut
Di wajah mayatmu mengingat bintang, serta kunang-kunang
Yang dulu sering temani di pematang saat pulang mengaji
Hinggap di dada, mengisyaratkan titik-titik terang
Mengabarkan bintik-bintik gelap. Dalam pandangan
Untuk perlahan memilah, mana baik buruknya
Yang mesti dijalani, sebelum atau sesudah
Malam mengabarkan kematian
O, bintang dan kunang-kunang yang dulu
yang sempat setia dan pergi
Kini menjelma kembali dengan
membawa harapan yang hilang
(puisi ini pernah dimuat di Pikiran Rakyat 2 September 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar