Jumat, 23 Oktober 2015

Kasih Ibu dan Sarang Burung

(masa lalu otang k.baddy)
Tiba-tiba aku teringat masa kecilku saat bersama ibu ikut mencari kayu bakar ke hutan. Disana kami melihat seekor burung dewasa tengah menyuapi anak-anaknya dalam sarang yang bertengger di dahan pohon setinggi hampir 7 meter. Aku tak merasa manja, dengan rengekan kuat aku benar-benar ingin memiliki anak burung di sarang itu. Mendengar itu ibu tampak kebingungan, namun tetap membujukku karena ibu tak bisa menaiki pohon tersebut katanya. "Nanti diambilkan oleh ayah ya," katanya seraya mengajak pulang. Tapi
malah aku ngadat, berguling serta kaki berkelojot di tanah. Melihatku yang cengeng tanpa ampun itu ibu segera melangkah kesana-kemari, tujuannya untuk mencari galah. Dan tak sampai 15 menit galah bambu pun telah ibu dapatkan. Tampaknya galah itu terlalu pendek untuk menjangkau sarang burung.
Sejenak ibu tertegun. Setelah itu kembali mencari galah, namun karena yang didapat masih seukuran tadi maka diadakan penyambungan pakai talit kulit kayu. Aku terlonjak, sementara anak-anak burung di sarang masih terdengar suaranya 'mengeak-eak' dengan mulut cerawak-cerawak. Sepertinya anak-anak burung itu masih gundul atau cumendol (belum berbulu).
..
Galah yang tersambung kurang sempurna itu tampak diangkat oleh ibu. Aku melihat ada beban di wajah ibu, mungkin antara berat dan cemas jika sambungan galah itu patah. Dengan merafal doa, meski dalam kecemasan. akhirnya galah sambung itu sampai juga menjangkau sarang burung. Kumpulan reranting lunak pilihan itu kemudian dijolok hingga jatuh terbalik dan anak-anak burung itu pun berjatuhan ke tanah, malah ada juga yang terpanggang duri blukar. "Aah...," kata ibu menyesali. Aku yang sudah terlonjak kembali ngadat yang tak berkesudahan, hingga pada akhirnya aku dan ibu pulang. Hanya saja karena tingkahku yang ngeyel, kepulangan ibu sampai tak membawa kayu bakar. Sebagai pembujuk dan titimangsa, tanganku tak lepas dari sarang burung kosong yang dibekalkan ibu.
.....
Ingat itu, setelah kini ibu pergi dan saya menjadi dewasa, mata ini sering menetes. Ya, hanya ingin burung saja kenapa sampai ibu tak mendapatkan kayu bakar. Bu, maafkan aku. Betapa besar kasihmu, kasih yang telah ditipkan Tuhan!

Tidak ada komentar:

Popular Posts

Blogroll