Entahlah. Kendalaku dalam menulis belakangan ini karena terlalu keasyikan di Fb. Aneh, Fb bagiku bak candu yang sudah demikian kronis dan tak ada penawarnya. Karenanya tak belebihan jika seorang teman bilang "Anggap saja Fb sebuah Laci Aksara, yang bisa ditutup dibuka. Sebab disana banyak info yang mesti digeluti." katanya. Dan itu memang benar, banyak info serta solusi yang demikian sayang kalau dibiarkan begitu saja, terlebih bagi saya yang punya hoby nulis.
Sebagai penulis yang butuh uang jajan, sebelumnya saya sering ngirim tulisan berupa cerpen atau puisi ke media cetak dengan harapan mendapat honor jika karya tersebut dimuat. Tapi karena terlalu asyik di fb, tiba-tiba ada yang rugi dibalik kesenangan ini, yakni belakangan ini saya jadi jarang ngirim karya ke media cetak. Karena jarang ngirim, tulisan pun tak ada yang tampil di media sastra koran baik terbitan lokal maupun nasional. Karenanya uang jajan tambahan pun tak ada.
...............
Anehnya, dan ini saya katakan 'penyakit'. Jika dalam grup, kendati bukan tulisan (cerpen/puisi bagus --yang masih sebatas coretan atau konsep), saya tiba-tiba agak sering mempostingnya. Terlebih jika ada komentar dan jempol-jempol. Padahal saya yakin, komentar atau jempol tersebut bukanlah suatu kemurnian suka atau koment kegaguman mutlak. Bisa saja sebagai tenggang rasa antar teman yang beradab. Bisa saja dalam hati mereka mencibir atau malah manyun tak suka. Namun semua itu bak 'ajaib' hingga membuat saya kadang tersanjung, hidung melendung. terlebih jika dikoment oleh Admin Grup seperti halnya sering dilakukan Kak Era di grup ini.
...............
Memposting cerpen atau puisi--kendati mungkin masih sebatas ide atau masih mentah, namun juga bisa memeras keringat, bisa saya katakan lancar di wall. Tapi ketika harus mengetik di lembar putih Office Word, tiba-tiba ide-ide yang sudah kelindapan itu mendadak kabur.
...............
Entahlah, menulis di wall (terlebih dalam Grup menulis) ini serasa berhadapan dengan keadaan yang pas. Dan optimis tulisan yang ditulis pasti dibaca kendati isinya sebatas sampah. Cara penguraian maupun plot serta paragraf yang semerawut dan kata-kata tak nyikron. Namun kendati begitu untuk sekedar memecah kebekuan otak, sangatlah membantu. Namanya menulis tetap semangat. Masalahnya tinggal keseriusan, disamping harus pula banyak membaca karya-karya bermutu lainnya.
...............
Itulah saya. Menulis yang baik, tulisan berupa cerpen & puisi untuk dikirim ke media cetak belakangan ini jadi terhambat karena terlalu asyik di Fb. Yang sebelumnya niat sebentar, cuma ingin lihat pemberitahuan terkait postingan atau komentar, malah jadi berjam-jam. Dan pada giliran mau serius malah letih yang ada. begitu dan begitu selama ini.
Demikianlah Salam hangat untuk semua!
Sastra Dewita
Hahaha
... mas Otang ternyata candunya FB sudah merasuk ya mas jadi ketagihan
terus, heran juga ya mas kadang berusaha untuk menghindari atau
mengurangi keinginan untuk fesbuk eeee malah semakin besar hasrat untuk
kembali membukanya.
Nasruddin Latif
Bagaimanapun
juga media sosial adalah sarana aktualisasi diri dan cara
bereksistensi. dan yang lebih penting dari itu adalah karya.betul tidak
bung?selamat pagi,selamat minum kopi.
Otang K Baddy
Ya
Era, sejujurnya belakang ini begitu. Ada pengaruh yang dahsyat
tiba-tiba merasuk ke otak saya. Aneh, padahal sekitar setahun lalu
tidak, bahkan saya jarang sekali buka Fb, bahkan hati kerap
menyelepekannya . Tapi..aih...kin i...Niat sebentar, sebelum ke anu, sebelum anu. Eh, baru setelah letih badan ini terkapar. Makasih Era.
Sastra Dewita
Iya
mas, era pun mengalami hal yang sama mas, malah jadi malas membuat
karya lagi untuk dikirim ke media lain hehehe ... oke mas, met
beraktivitas ya moga segalanya lancar hari ini ... amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar